[Article] Warisan Buku di Republika

Tanggal 8 Juli 2014 lalu untuk pertama kalinya kiriman tulisan saya dimuat di media. Mejeng dengan foto - yang menurut saya tidak proporsional dengan font tulisannya - di Rubrik Buah Hati di Leisure Republika. 

Tulisan ini hasil dari kelas Penulis Tangguh 3 yang digawangi mbak Nurhayati Pujiastuti. Berikut penampakan Warisan Buku di Republika. 

  

Warisan Buku

Beberapa rekan dan saudara kami ada yang sudah sibuk memikirkan warisan yang ingin ditinggalkan kepada anak cucu mereka. Aset berupa tanah menjadi pilihan mereka. Dengan pertimbangan nilainya yang terus bertambah. Bila memiliki dua orang anak, tenanglah hati bila sudah memiliki investasi dua kavling tanah. Terlepas dari cara perolehannya kas atau kredit, yang penting ada.
 
Bagi saya dan suami, memiliki rumah sendiri saat ini saja sudah bersyukur. Namun tak urung suami kerap berpikir bekal apa yang ingin ditinggalkan untuk dua putri kami kelak. Kami memang sangat beruntung. Kedua orang tua kami tidak membekali aset apa pun. Doa mereka yang menjaga dan menjadi bekal kami. Saya pun mengikuti pola orang tua.     
 
Beberapa waktu lalu bapak saya membereskan isi rumahnya. Saat itulah saya seperti menemukan harta karun yang hilang. Koleksi buku saya dulu! Buku-buku bekas yang dulu dibeli di Taman Puring setiap liburan kenaikan kelas. Ada buku tentang menanam jeruk, bertransmigrasi, dan kisah guru di desa. Buku-buku klasik karya Enid Blyton dan Astrid Lindgren yang terkenal dengan petualangan serunya. Tidak hanya itu, beliau juga menemukan buku kliping saya. Buku tulis yang saya tempeli berbagai macam artikel pengetahuan disertai tulisan catatan itu saya buat sewaktu saya duduk di bangku sekolah dasar.
 
Harta karun itu saya tunjukkan kepada Fathia (10). Matanya berbinar-binar demi melihat tumpukan buku itu. Walau hampir dua dekade berlalu, namun karena disampul dan dirawat, buku-buku tersebut masih dalam kondisi yang baik.
 
Reaksinya mirip dengan saya dulu ketika membaca buku-buku tersebut. “Mama, kayaknya transmigrasi itu asik ya! Kenapa kita gak ikut transmigrasi aja, Ma?” komentarnya setelah membaca harta karun saya dari Taman Puring. “Mama, si Emil nakal banget ya Ma? Tapi hebat bisa jadi walikota. Ada lagi ceritanya ketika dia besar gak, Ma?” demikian cecarnya ketika selesai membaca seri kisah Emil dari Lonneberga. Di lain waktu dia menunjukkan buku Ronya Anak Penyamun, “Mamaaa aku sukaaa banget buku ini! Ceritanya seru!”
 
Kali berikutnya, “Ma, aku juga mau bikin kliping dong, seperti Mama dulu.” Jadilah saya mengajaknya mulai membiasakan diri mencermati koran-koran langganan di rumah, khususnya rubrik keluarga dan anak. Bila ada cerpen anak atau info pengetahuan yang singkat, dia akan menyimpannya untuk dikliping kemudian. Tidak lupa saya ingatkan dia untuk selalu mencatat sumber dan tanggalnya.

Hmmm, ternyata tidak perlu risau memikirkan aset apa yang ingin kita wariskan kepada anak cucu. Saya sudah memilikinya. Warisan buku! Dan saya berharap itu semua dapat terus diwariskan kepada cucu saya nanti.  

Cara Kirim 
Rubrik Buah Hati dimuat di halaman khusus Leisure harian Republika yang terbit setiap Selasa. Selain Buah Hati, pembaca juga dapat mengirimkan tulisan khas untuk rubrik jalan-jalan. Untuk Buah Hati, tulisan yang dikirimkan cukup 2.500 karakter atau sederhananya, sepanjang 1 halaman A4 dengan spasi 1. Isinya tentang pengalaman kita terkait pengasuhan tumbuh kembang anak. Lengkapi foto diri dan anak setidaknya seukuran 2 MB. Jangan lupa sertakan biodata standard seperti nama, alamat, email, nomor telepon, dan nomor rekening. Tulisan dan foto dikirimkan sebagai attachment ke leisure@rol.republika.co.id dengan subyek Buah Hati. Berikan pengantar pada badan email. Selamat mencoba. Kirim dan kirim lagi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar